Perkumpulan Institute for Global Justice (IGJ) menuntut Indonesia menolak putaran Doha untuk ekspansi World Trade Organization (WTO) dalam Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke VII WTO di Jenewa, Swiss.
Jakarta, 25/11 (Antara/FINROLL News) – Perkumpulan Institute for Global Justice (IGJ) menuntut Indonesia menolak putaran Doha untuk ekspansi World Trade Organization (WTO) dalam Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke VII WTO di Jenewa, Swiss.
Kelompok yang terdiri dari beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan menamakan dirinya Koalisi Rakyat Tolak WTO tersebut mewakili masyarakat petani, nelayan, pekerja, buruh, dan kaum perempuan, serta perlindungan lingkungan tersebut menggelar aksi demonstrasi di depan Departemen Perdagangan, Jakarta Pusat, Rabu.
Aksi tersebut ditujukan untuk mendesak Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu selaku Ketua Delegasi maupun Koordinator Kelompok G33 untuk memenuhi permintaan mereka tersebut.
Sekretaris Jenderal Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), Khamid Istaknori, yang menjadi salah satu LSM yang ikut dalam aksi tersebut mengatakan, jika Indonesia bergabung dengan WTO, maka hal tersebut dapat merugikan masyarakat khususnya dalam hal perdagangan.
“WTO sumber malapetaka bagi negara karena itu adalah liberalisme dan liberalisme adalah monopoli perdagangan,” katanya dalam aksi tersebut.
Khamid mengatakan, kerugian yang dialami oleh para pekerja dan buruh pada khususnya adalah diberlakukannya Putus Hubungan Kerja (PHK) massal dan sistem tenaga kerja `outsourcing`.
“Sistem `outsourcing` sama saja dengan menghisap Sumber Daya Manusia (SDM), tapi keuntungannya untuk pemodal,” ujarnya.
Namun, jelasnya, pada intinya mereka ingin agar Indonesia keluar dari WTO sehingga hal tesebut tidak akan memberikan dampak negatif terhadap perdagangan di dalam negeri yang dapat menghambat pembangunan pedesaan serta penghidupan dan kesejahteraan sebagian besar petani.
Beberapa perwakilan dari lembaga tersebut diterima oleh wakil Departemen Perdagangan untuk menyampaikan petisinya.
Dalam aksi tersebut, belasan perwakilan LSM membawa papan yang bertuliskan agar Indonesia menolak WTO serta menggunakan payung berwarna hijau yang melambangkan lingkungan sebagai pelindung dari hujan gerimis yang turun saat aksi tersebut berlangsung.