Jakarta, CNN Indonesia — Institute for Global Justice (IGJ) mengungkapkan bahwa negara-negara maju kerap melakukan proteksionisme pasar ketimbang negara-negara berkembang. Buktinya, sengketa yang dibawa ke World Trade Organization (WTO) banyak digunakan oleh negara maju untuk memproteksi pasar dalam negerinya.
“Sekalipun negara maju, mereka yang lebih banyak melakukan tindakan proteksionisme ketimbang negara berkembang,” terang Direktur Eksekutif IGJ Rachmi Hertanti, dilansir Antara, Minggu (21/10).
Menurut dia, dalam perdagangan dunia, tidak ada negara yang benar-benar membuka pasarnya. “Tidak ada pasar yang benar-benar bebas,” katanya.
Karenanya, Rachmi menuturkan pentingnya skema yang lebih tepat untuk implementasi kebijakan perekonomian, sehingga hasilnya terukur dan berdampak positif.
Sebelumnya, pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur bank sentral negara-negara G20 menyebut kerja sama perdagangan internasional harus ditingkatkan karena dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi global.
“Kami menyepakati perdagangan internasional sangat penting sebagai mesin pertumbuhan. Untuk itu, perlu upaya untuk mengurangi tensi yang dapat menyebabkan sentimen negatif pasar dan meningkatkan ketidakpastian sektor finansial,” ujar Menteri Keuangan Argentina Nicolas Dujovne di Bali saat Pertemuan Tahunan IMF-World Bank.
Dalam pertemuan tersebut, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita juga menyebut akan menyuarakan ke dunia internasional mengenai manfaat keterbukaan ekonomi.
“Kementerian Perdagangan akan negosiasi dan menyampaikan bahwa (perang dagang) ini tidak baik,” imbuh dia.
Menurut Enggar, perdagangan yang melibatkan banyak pihak seharusnya mewujudkan kondisi yang saling menguntungkan, bukan memberikan keuntungan absolut bagi satu pihak atau fenomena “the winner takes it all“.
(bir)