Baru-baru ini beberapa media memberitakan pengiriman vaksin dari produsen terbesar dunia di India, Serum Institute of India (SII) akan ditunda pada Maret dan April 2021 karena meningkatnya permintaan di dalam negeri, akibat lonjakan infeksi COVID-19.
Penundaan ini akan berdampak pada pengiriman vaksin ke banyak negara termasuk pada pemenuhan pemesanan COVAX – platform internasional untuk memenuhi pengiriman vaksin ke negara-negara berkembang dan miskin. Diperkirakan penundaan tersebut juga akan berdampak pada proses vaksinasi di Indonesia.
Dalam program vaksinasi di Indonesia, target pertama adalah 1,5 juta tenaga kesehatan; kemudian tahap kedua, dengan target kelompok lanjut usia (diatas 60 tahun) sebanyak 21,5 juta orang; 16,9 juta orang dari layanan publik termasuk tentara, polisi, pegawai negeri, anggota parlemen, pedagang pasar tradisional, jurnalis, pekerja angkutan umum, pekerja pariwisata, dan guru; tahap berikutnya adalah 63,9 juta orang-orang yang rentan dari berbagai aspek; dan terakhir adalah 77,4 juta dari komunitas lain.
Tahap kedua dimulai pada minggu ketiga Februari, dengan target total berjumlah 38,4 juta orang, dengan demikian diperlukan sekitar 80 juta dosis. Bagaimana ketersdiaan vaksin untuk tahap kedua ini?
Berikut adalah perhitungan jumlah vaksin yang dikompilasi dari rilis pemerintah, dan beberapa sumber lain, seperti WHO.
Pada 9 Maret lalu, Indonesia mendapatkan vaksin Astra Zanecca 1,1 juta dosis. Ini merupakan pengiriman pertama dari 11.704.800 dosis yang dialokasikan oleh COVAX ke Indonesia dan akan dikirim hingga Mei 2021. Vaksin ini merupakan bagian dari Advance Market Commitment (AMC) untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, tanpa biaya.
Di awal Maret, Pemerintah menyebutkan terdapat 38 juta vaksin Sinova tersedia, setelah menerima kedatangan 10 juta vaksin sinovac dalam bentuk bulk pada bulan Maret.
Sehingga sampai tanggal 9 Maret, pemerintah memiliki 39,1 juta dosis vaksin.
Data jumlah orang yang divaksinasi sampai pada tanggal 30 Maret 2021, terdapt 3,5 juta orang yang telah menerima 2 dosis vaksin, dan terdapat 7,7 juta orang yang baru menerima dosis pertama. Jadi pada 30 maret jumlah vaksin yang telah digunakan sebanyak (3,5 juta x 2 dosis) + 7,7 juta = 14,7 juta dosis. Dengan demikian pada akhir Maret, tersedia 24,4 juta dosis.
Pada bulan April, akan diperlukan 7,7 juta dosis vaksin kedua. Jika dilakukan pada bulan April, maka vaksin yang tersedia masih ada 16,7 juta dosis atau tersedia untuk 8 juta orang. Artinya pada bulan April pemerintah melakukan vaksinasi 7,7 juta dosis kedua, ditambah dengan katakanlah 8 juta dosis pertama, jika dijumlahkan menjadi15,7 juta suntikan vaksin. Dan masih tersisa 8 juta dosis vaksin.
Di bulan April 2021, terdapat 21 hari kerja, Untuk menyelesaikan 15,7 juta suntikan maka target per hari harus dilakukan vaksinasi sebanyak 750 ribu vaksin maka dalam satu bulan.
Sumber pemerintah yang dikutip media menyebutkan bahwa jarak penyuntikan antara dosis pertama dan dosis kedua adalah 28 hari. Sehingga bulan berikutnya, yaitu Mei, bisa dilakukan pemberian dosis kedua sebanyak 8 juta dosis. Pada 26 Maret, terdapat 16 juta vaksin Sinovac dalam bentuk bulk datang Kembali, yang bisa digunakan pada bulan Mei dan Juni.
Dengan memperhitungkan kecepatan vaksinasi di Indonesia, yaitu 14,7 juta suntikan selama 3 bulan, Januari sampai Maret. Maka, tersedia vaksin selama bulan Mei, mungkin sampai Juni, tergantung kecepatan proses vaksinasi.
Dengan pasokan vaksin yang masih terbatas, maka pemerintah harus membagi vaksin tersebut dengan bijaksana, dengan melakukan vaksinasi pada kelompok yang paling rentan.
IGJ. data dikompilasi oleh Lutfiyah Hanim